Muncul pertanyaan,
kapan sebenarnya Ayurveda ini mulai ada?
Di dalam samhita
(kitab) Ayurveda, dijabarkan dengan detail mengenai asal
muasal
ilmu Ayurveda serta perkembangannya.
Ayurveda pada
mulanya ditemukan dalam kitab Catur Veda, yang merupakan kitab tertua agama
Hindu yang terdiri dari Rigveda, Yajurveda, Samaveda dan Atharvaveda.
Dari
ke-empat veda ini, Ayurveda disebut sebagai upaveda dari Atharvaveda.
Astaṅga Hṛdaya dan Caraka
Samhita
Sejarah Ayurveda ini
dijabarkan dengan jelas di dalam samhita-samhita Kitab Ayurveda. Di
dalam salah satu kitab Ayurveda, Astaṅga Hṛdaya, dijelakan
bahwa:
brahmā smṛtvā ayuṣo
vedam prajāpatim ajigrahat.
so’aśvinau tau
sahasrakṣam so’atriputrādikānmunīm.
te’agniveśādikāmste
tu pṛthak tantrāni tenire.
Artinya:
Brahma mengingat Āyurveda,
mengajarkannya kepada Prajāpati, dia (Prajāpati) kemudian
mengajarkannya kepada si kembar Aśvin, kemudian mereka mengajarkannya
kepada Sahasrākṣa (Indra), kemudian dia mengajarkannya kepada anaknya Atri
(Ātreya Punarvasu atau Kṛṣṇa Ātreya) dan orang bijak lainnya, mereka
mengajarkannya kepada Agniveśa dan yang lainnya, dan mereka (Agniveśa dan
murid-murid lainnya) menulis risalah (buku) masing-masing secara terpisah.
Sloka/ayat
di atas adalah garis besar
narasi tentang awal mula Ayurveda berdasarkan Caraka Samhita, yang
dikutip oleh Vagbhaṭa dan dituangkan kembali di dalam Astaṅga Hṛdaya.
Caraka Samhita dan Astaṅga Hṛdaya adalah bagian dari tiga kitab utama yang menjadi sumber ajaran
Ayurveda yang disebut dengan Bṛhat trayi (tiga kitab utama).
Bṛhat trayi terdiri dari Caraka Samhita, Susruta Samhita dan Astaṅga
Hṛdaya. Caraka Samhita sendiri sebelumnya bernama Agniveśa
Samhita, kemudian diedit oleh Acarya Caraka dan menjadi Caraka
Samhita.
Di dalam komentar Astaṅga
Hṛdaya terjemahan oleh K.R.S. Murthy, dijabarkan cerita lengkap tentang
transfer pengetahuan Ayurveda ini, yaitu sebagai berikut:
“Ketika
penyakit-penyakit mulai menggangu kehidupan umat manusia, orang-orang bijak di
seluruh dunia berkumpul di lereng pegunungan Himalaya, menegaskan untuk belajar
pengetahuan Ayurveda dari Dewa Indra dan membawanya ke dunia untuk
memberi manfaat kepada makhluk hidup.
Tetapi siapa yang
akan melakukan tugas berat ini untuk pergi ke surga dan belajar pengetahuan
Ayurveda dari Dewa Indra? Rsi Bharadvaja, salah satu peserta
pertemuan, secara sukarela mau melakukan tugas ini, yang disetujui oleh semua
peserta pertemuan. Bharadvaja pergi ke tempat tinggal Dewa Indra,
belajar pengetahuan Ayurveda darinya, kembali ke dunia, dan menyampaikannya di
pertemuan.
Kṛṣṇa Ātreya yang juga dikenal dengan Punarvasu Ātreya, anak
dari Rsi Arti, mengajarkan pengetahuan ini kepada ke-enam muridnya, Agniveśa,
Bhela, Jātukarṇa, Parāśara, Hārita dan Kṣārapāṇi. Masing-masing dari
mereka menulis risalah dan meletakkannya di hadapan guru mereka, Kṛṣṇa
Ātreya dan kumpulan para orang bijak. Risalah yang ditulis Agniveśa
diputuskan menjadi yang terbaik dan bahkan dipuji oleh para dewa. Risalah Agniveśa
menjadi terkenal di dunia.” (Caraka Samhita Sūtrasthāna Bab 1).
Para Rsi Yang Hadir
Dalam Pertemuan
Di dalam Bab 1 Caraka
Samhita Sūtrasthāna ayat 6-14 disebutkan bagaimana para orang bijak (Rsi) dari
berbagai golongan berkumpul duduk bersama di lereng gunung Himalaya untuk
membahas mengenai penyakit yang mengganggu kehidupan makhluk hidup.
Disebutkan juga
nama-nama orang bijak (Maharsi) yang hadir pada pertemuan tersebut yaitu Aṅgiras,
Jamadagni, Vasiṣṭha, Kaśyapa, Bhṛgu, Ātreya, Gautama, Sāṅkhya, Pulastya,
Nārada, Asita, Agastya, Vāmadeva, Mārkaṇḍeya, Aśvalāyana, Pārikṣi, Bhikṣu
Ātreya, Bharadvāja, Kapiñjala, Viśvāmitra, Āśmarathya, Bhārgava, Cyavana,
Abhijit, Gārgya, Śāṇḍilya, Kauṇḍilya, Vārkṣi, Devala, Gālava, Sāṅkṛtya,
Baijavāpi, Kuśika, Bādarāyaṇa, Baḍiśa, Śaraloman, Kāpya, Kātyāyana, Kāṅkāyana,
Kaikaśeya, Dhaumya, Mārīca, Kāśyapa, Śarkarākṣa, Hiraṇyākṣa, Lokākṣa, Paiṅgi,
Śaunaka, Śākuneya, Maitreya, Maimatāyani, Vaikhānasas dan Vālakhilyas serta
Rsi-rsi lainnya.
Di dalam komentar Caraka
Samhita dijelaskan juga mengapa Himalaya dipilih sebagai tempat untuk pertemuan,
yaitu karena Himalaya adalah tempat yang cocok untuk mendiskusikan ilmu suci
Ayurveda.
Di dalam komentar Astaṅga
Hṛdaya juga ditambahkan bahwa ajaran-ajaran dari Kṛṣṇa Ātreya isi
utamanya membahas Kāyacikitsā (pengobatan secara umum), yang merupakan
salah satu bagian dari delapan cabang Pengobatan Ayurveda. Filosofinya dikenal
dengan nama Ātreya sampradāya atau Kāyacikitsā.
Risalah yang ditulis
oleh Agniveśa yang ada saat ini tidak dalam bentuk aslinya tetapi yang
sudah direvisi yang dikenal dengan Caraka Samhita, karena diedit ulang
oleh Caraka muni (guru besar) untuk pertama kalinya, kemudian diedit
lagi oleh Dṛḍhabala.
Ahli sejarah
menetapkan bahwa Kṛṣṇa Ātreya dan Agniveśa ada pada abad ke 6
sampai ke-5 sebelum masehi; Caraka muni ada pada abad ke-2 masehi dan Dṛḍhabala
pada abad ke-4 masehi.
Suśruta Samhita
Di dalam
Suśruta Samhita juga disebutkan tentang bagaimana asal mula Ayurveda.
Diceritakan Aupadhenava, Vaitaraṇa, Aurabhra, Pauṣkalāvata, Karavīrya
Gopurarakṣita, Suśruta dan lainnya menghadap kepada Divodāsa
Dhañvañtari, Raja dari Kerajaan Kāśi. Mereka menghadap Raja Kāśi
dan menyampaikan kesedihan mereka melihat umat manusia menderita, diserang
berbagai penyakit, melakukan hal di luar kewajibannya sebagai seorang manusia
dan menangis memohon pertolongan. Mereka memohon kepada Raja Kāśi agar
mengajarkan Ayurveda untuk kepentingan seluruh manusia.
Mereka menghadap
untuk menjadi murid dari Divodāsa yang dikenal sebagai inkarnasi
dari Dhañvañtari, dewa pengobatan. Di katakan ia tinggal di pertapaan,
menunjukkan bahwa ia telah menyerahkan kendali kerajaannya kepada orang lain.
Di usianya yang lebih tua tinggal di sebuah gubuk, menjalani hidup suci,
menyebarkan pengetahuan Ayurveda khususnya ilmu bedah kepada orang lain.
Mendengar permintaan
Aupadhenava dan rombongannya, Divodāsa Dhañvañtari kemudian
memulai pengajarannya dengan menceritakan asal usul Ayurveda.
“Ayurveda merupakan
cabang dari Atharvaveda, bahkan sebelum menciptakan makhluk hidup dan
menyusunnya ke dalam 100.000 ayat, dibagi ke dalam 1.000 bab, ia membagi
Ayurveda menjadi delapan bagian yaitu Śalya tañtra (ilmu bedah),
śālakya tañtra (oftalmologi, otorhino-laringologi, dan lainnya), kāyacikitsā
tañtra (obat dalam), bhūta vidyā (demonologi), kaumārabhṛtya
tañtra (pediatrik), agada tañtra (toksikologi), rasāyana tañtra (peremajaan) dan vājīkarana tañtra (firilifikasi).”
Suśruta Samhita bab 1 ayat 6-7.
Pada ayat yang lain
di bab yang sama Divodāsa Dhañvañtari memberikan penegasan mengenai
bagaimana asal usul Ayurveda, yaitu pada ayat 20 dan 21.
Brahmā provāca, tataḥ
prajāpatiradhijage, tasmādaśvinau, aśvibhyāmindraḥ, indrādaham, mayā itvaha,
pradeyamarthibyaḥ prajāhitahetoḥ. 20
Artinya:
Dewa Brahma,
pertamakali mengungkapkan ini (pengetahuan Ayurveda), kemudian Prajāpati
mempelajarinya, kembar Aśvin mempelajari darinya Prajāpati, Indra
mempelajarinya dari Aśvin, Aku (Dhañvañtari) mempelajarinya
dari Indra, sekarang aku sedang memberikannya kepada siapapun yang
menginginkannya, untuk melakukan kebaikan kepada mahkluk hidup di dunia ini.
Di ayat ini Divodāsa
Dhañvañtari menyampaikan kepada Aupadhenava dan kawan-kawannya bahwa
yang Dewa Brahma adalah yang pertama kali mengajarkan pengetahuan
Ayurveda. Dewa Brahma kemudian mengajarkan pengetahuan ini kepada Prajāpati. Selanjutnya Prajāpati mengajarkan
pengetahuan ini kepada Aśvin. Dewa Indra mempelajari pengetahuan
ini dari Aśvin. Kemudian Divodāsa
Dhañvañtari mengatakan bahwa ia mempelajari pengetahuan Ayurveda dari Dewa Indra.
Pada ayat 21 kembali
ditegaskan, yaitu
Divodāsa Dhañvañtari mengatakan bahwa ia adalah Ādhideva (dewa yang
utama).
aham hi
dhañvañtarirādidevo jarārujā mṛtyuharo’amarāṇām.
śalyāṅgam aṅgairaparairupetam
prāpto’asmi gām bhūya ihopadeṣṭum. 21
Artinya:
Saya Dhañvañtari,
Sang Ādhideva (dewa yang utama), yang menyembuhkan para dewa dari
penuaan, penyakit-penyakit dan kematian; sekarang Aku datang ke dunia ini
(sebagai reinkarnasi) untuk mengajarkan Śalya tañtra (ilmu bedah) dan cabang
Ayurveda lainnya.
Demikianlah itihasa (sejarah) Ayurveda tentang asal muasal Pengetahuan Ayurveda berdasarkan yang tertulis di Bṛhat trayi (tiga kitab utama) Ayurveda.
***
Tulisan ini sebelumnya sudah dimuat di idavi.org, ditulis oleh penulis yang sama. Silahkan kunjungi idavi.org untuk melihat sumber asli tulisan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar