Astangga Hridaya


Masih membahas tentang Itihasa Ayurveda. Bahasan kali ini adalah tentang Astangga Hridaya. Sebelumnya sudah saya tuliskan tentang Astangga Samgraha. Sama halnya dengan Astangga Samgraha, Astangga Hridaya juga ditulis oleh Vagbhata. Isi dari Astangga Hridaya mirip dengan isi Astangga Samgraha. Jadi muncul pertanyaan, mengapa Vagbhata menulis dua risalah yang isinya mirip?


Astangga Hridaya merupakan versi ringkas dari Astangga Samgraha. Mengapa dibuat versi ringkasnya? Penulis Astangga Samgraha menyatakan bahwa “dengan mengaduk lautan luas Ayurveda, maka diperoleh nektar yang berlimpah yaitu Astangga Samgraha. Dari nektar yang berlimpah ini maka terciptalah Astangga Hridaya, yang lebih bermanfaat bagi semua kalangan, baik siswa, peneliti dan para praktisi.

Beberapa pakar berpendapat bahwa penulis dari Astangga Samgraha adalah Vriddha Vagbhata dan penulis Astangga Hridaya adalah Laghu Vagbhata. Siapa sebenarnya Vriddha Vagbhata dan Laghu Vagbhata? Akan saya coba tuliskan pada postingan selanjutnya.

Dikarenakan Astangga Hridaya merupakan salah satu kitab Ayurveda yang otentik, maka Astangga Hridaya juga menarik perhatian para pakar medis, tidak hanya para pakar di India, namun juga para pakar di luar negeri seperti Arab, Persia, Tibet, dan Jerman.

Astangga Hridaya dibagi dalam 6 bagian dan berisi 120 bab. Adapun bagian-bagiannya yaitu
Sutrasthana terdiri dari 30 bab,
Sharirasthana terdiri dari 6 bab,
Nidanasthana terdiri dari 16 bab,
Cikitsasthana terdiri dari 22 bab,
Kalpasthana terdiri dari 6 bab, dan
Uttara tantra terdiri dari 40 bab.

Sutrasthana membahas tentang prinsip-prinsip dasar Ayurveda, panduan aturan hidup sehari-hari, aturan hidup berdasarkan musim, aturan pola makan dan aturana-aturan lainnya.

Sharirasthana membahas tentang Embryologi, anatomi, fisiologi, dan lain sebagainya yang berkaitan tentang struktur tubuh manusia.

Nidanasthana membahas tentang etiologi, pathologi dan lain sebagainya yang berkaitan dengan proses dan gejala munculnya berbagai penyakit.

Cikitsasthana membahas tentang peraturan proses penyembuhan, pencegahan, resep obat, diet pasien, dan perawatan terhadap pasien.

Kalpasthana membahas tentang Pancakarma, yaitu 5 treatmen utama yang digunakan dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien.

Uttra tantra didedikasikan untuk membahas delapan cabang Ayurveda. Jadi di dalam Uttara tantra membahas tentang Bala Roga (3 bab), Graha roga (4 bab), Urdwangga (17 bab), Salya (10 bab), Damstra (4 bab), Jara (1 bab), dan Vrisha (1 bab).

Astangga Hridaya sudah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa, sebagian besar bahasa-bahasa lokal di India. Selain itu sudah diterjemahkan juga kedalam bahasa Arab pada masa Harun-al Rashid yaitu pada tahun 773-808 AD. Diterjemahkan juga ke dalam bahasa Tibet pada masa raja Krhrisron-dehu yaitu pada tahun 755-797 AD. Selain itu sudah diterjemahkan juga ke dalam bahasa Jerman oleh Luise Hilgenberg dan Willibald Kirfel dan diterbitkan pada tahun 1941. Saat ini terjemahannya dalam bahasa Inggris juga sudah banyak.

Astangga Hridaya juga dikomentari oleh banyak tokoh yang mendedikasikan hidupnya dalam perkembangan Ayurveda. Tokoh-tooh tersebut diantaranya:
Aruna Datta dengan komentar bernama Sarvangga Sundari.
Hemadri dengan komentar bernama Ayurveda Rasayana.
Chandranandana dengan komentar bernama Padardha Candrika.
Sridasa Pandita dengan komentar bernama Hridaya Bodhini atau Hridaya Bodhika.
Shivadas Sen dengan komentar bernama Tatwa Bodha.     

Peran Rempah-rempah Dalam Pengobatan Ayurveda

Mungkin rempah-rempah tidak asing bagi Anda. Sebagai bangsa yang kaya akan rempah-rempah, kita bisa menemukan rempah-rempah dengan mudah dim...

Artikel Terpopuler